Kamis, 09 Juni 2011

Dibalik Gerimis Valentine

“Dew… kamu beneran putus ma Riksa?”
“Gak Val’day ma dia bukan berarti putus kan Mbak?”

Pertanyaan Marsha membuat Dewi terkekeh. Marsha dan Dewi adalah kawan satu kost. Hari ini tanggal 14 Februari, sudah menjadi tradisi para ‘balong Enom’. Identik dengan pembuktian kasih sayang dengan sebuah simbol coklat, boneka atau bunga yang biasanya didominasi warna pink. Marsha, Dewi, Diva, Manda, Walde dan Novel sudah mempunyai jadwal masing-masing. Walaupun mereka adalah anak kost yang hidup pas-pasan tak ingin hari itu berlalu tanpa sweet moment.

“Ya udah deh… aku kira kalian putus, tumben Riksa absen?” kata Marsha sambil berlalu meninggalkan Dewi yang sedang asyik makan brownies yang entah dari siapa. Kemudian Marsha mendatangi kamar Novel yang letaknya di sebelah kamarnya. “Jelek… kok malah baca komik toh?” gerutu Marsha dengan nada manjanya. “Habis Marsha gak dateng-dateng! Emang dari mana sih Bebz? ada kelas sore?” sahut Novel masih konsentrasi pada komik kesayangannya. “Habis Jelek nggak jemput aku sih…” goda Marsha. “Ih… gemesin aja bebzku ini… kan aku juga barusan ada kelas bebz?” balas Novel sambil mengacak-acak rambut kekasihnya. “Ok… I’m preparing first” Marsha segera kembali ke kamarnya. Hari ini ia merasa lelah, jadwal kuliahnya full. Ia berbaring diatas tempat tidunya. Pikiran tak enak itu datang lagi. “Nggak mungkin…” ucapnya dalam hati. “Masa iya Riksa guy? Riksa anak yang baik, polos juga, tapi… kenapa tadi mesra banget sama cowok itu?” lagi-lagi hanya bertanya dalam hati.

Marsha membuka galeri ponselnya. Ia berhasil mengambil gambar mesra Riksa dengan seorang cowok. “Kissing?” ucap Marsha pelan. “Smsan sama siapa Bebzku yang cantik?” tanya Novel. Marsha tetap diam memandangi phose Riksa. “Cantik!” Novel berusaha membuyarkan lamunan Marsha. “Jelek… marsha itu nggak cantik! Biasa aja!” Marsha manyun sambil bergegas turun ke lantai dasar. Ia duduk menikmati ayunan di halaman. Tentu saja meninggalkan Novel.

“Kok ditinggal sih? Gak jadi keluar Bebz?” ujar Novel sabar. Marsha menatap tajam mata Novel sambil mengayunkan kakinya. “Jelek sayang… Marsha lagi gak enak badan, capek banget seharian di kampus!” kata Marsha sambil meraih tangan Novel. “Lagian juga gerimis…”

“Ya udah aku sms temen-temen! Bilang gak jadi dateng!” Novel segera memainkan hpnya.
“Aku pusing Lek…” Marsha berpindah tempat duduk disamping Novel dan bersandar dipundaknya.
“Badan kamu anget Bebz?”
“Tadi keujanan bentar!”
***

“Dew… minta bedak donk!” Diva nyelonong masuk kamar Dewi.
“Di meja make-up Mbak… pake aja” sahut Dewi sambil cetak-cetek hpnya.
“Kemana pacar culun kamu Dew? Tumben gak kesini?”
“Dia lagi ada valentine sama keluarga besarnya Mbak”
“Sama keluarga besar? Kuno banget tuh! Nah… kamu sendiri kok gak ikut?” tanya Diva heran.
“Kalo sama Mama, Papa dan adiknya sih mau ikutan, tapi kalo sama keluarga besarnya ogah deh Mbak! Tapi tadi dia nyempetin ngasih brownies ma teddybear ini”
“Lucu banget Dew! Boleh cicip browniesnya kan sayang?”
“Boleh donk! Lagian Dewi juga gak bakal habisin segini banyaknya!”
“Emh… pantes enak, brownies Amanda ya? By the way, Riksa tajir banget ya Dew?” celutuk Diva sambil membereskan make-up Dewi.

Diva mencomot brownies lagi. “Nunggu Mas Bayu Mbak?” tanya Dewi. “Tuh suara motornya uda kedengeran dari sini!” balas Diva sambil mencangklongkan tasnya. “Bangga ya Mbak punya cowok pembalap kayak Mas Bayu? Keren lagi!” kata Dewi dengan gaya centilnya.

“Dew! Nitip Chiki ya? Kalian kan sama-sama gak punya pasangan val’day…” ujar Diva sebelum merayakan malam valentine.
“Haduh Mbak… dewi kan paling anti sama hewan berbulu? Kok malah dititipin hamster sih”
“Sayang… Chiki itu baik, dia beneran gak gigit kok!”
“Tapi…”
“Makasih sebelumnya sayang…” Diva buru-buru pergi.

“Eits… chiki sayang ikut Mbak Dewi dulu ya… Mbak mau keluar sama Mas Bayu!”

”Kok balik lagi Mbak?” tanya Dewi.
“Chiki paling suka sama hamsfood yang ini, susunya dikasih sehari sekali kok! Makasih ya Dew…”
***

“Enak banget kayaknya sampe ketiduran gitu?” ujar Bayu sambil bergegas duduk di depan Novel dan Marsha.
“Marsha agak gak enak badan!”
“Pantes gak keluar! Badannya panas Vel?”

Ketiganya menikmati keheningan dibalik gerimis malam ini. Kaki Bayu ikut mengayun pelan. “Cinta…” sambar Diva. “Kok sendiri? Walde ma Manda gak jadi ikutan?” tanya Bayu. “Mereka belum dateng, kamar Manda masih kuncian! Tunggu aja bentar” jawab Diva singkat. “Marsha kebiasaan tidur di ayunan Vel! Wajahnya kok keliatan pucet banget!” kata Diva lagi. “Pulang kuliah kehujanan!” jawab Novel singkat sambil memainkan tangan Marsha.

Sebentar kemudian Manda dan Walde datang. Manda cepat-cepat masuk kedalam rumah kostnya. “Maaf kayaknya kita gak jadi ikut Bay! Tuh si Manda lagi dilep!” kata Walde singkat. “Ya… gak rame kalo cuma berdua!” kata Diva dengan nada kecewa. “Maaf ya?” ucap Walde. “Gak pa-pa kok Wal! Ya udah yuk cinta kita berangkat!” Bayu menggandeng tangan mungil Diva.

Marsha terbangun dari mimpi buruknya dan matanya masih terasa berkunang-kunang.

“DIVA!!!!”

Ia berlari menghampiri sahabatnya. Marsha menggenggam erat tangan Diva dan menatap tajam matanya. Kemudian Novel segera memeluk Marsha dari belakang dan berusaha menenangkan. “Diva jangan keluar ya?” ucapnya sambil meneteskan air mata. Diva tetap mengklikkan helmnya. “Marsha kenapa?” Tanya Bayu. “Bay, kalian jangan keluar ya?” ucap Marsha gelagapan. Dalam hati tak bisa menjelaskan alasannya. Mungkin mereka tak akan mengerti yang ia rasakan dan tak akan percaya dengan hal konyol. “Jelek lepas!” Marsha berusaha melepaskan pelukan Novel. “Please Bay…” pinta Marsha memohon. “Tenang aja! Bayu pasti jagain sahabat Marsha kok! Bayu kan juga sayang banget sama Diva!” Bayu berusaha meyakinkan Marsha. “Sha… kenapa tiba-tiba khawatir ma Diva kayak gini sih? Harusnya Diva yang khawatir sama Marsha, Marsha istirahat gih biar sembuh!” diva mengacak-acak rambut Marsha. “Bayu hati-hati ya?” pesan Marsha melihat kepergian keduanya sampai benar-benar hilang dari pandangannya. “Marsha tenang ya? Masuk yuk… masih gerimis!” ajak Novel.

Niat baik Novel mengajaknya masuk rumah ditolak mentah-mentah oleh Marsha, ia masih ingin diatas ayunan. Ia juga ingin Novel mempercayai mimpinya. “Jelek percaya kan?” tanya Marsha. “Percaya apa Bebz? Novel nggak ngerti?” celutuk Novel. “Tadi Marsha mimpi Bayu sama Diva kecelakaan diperempatan jalan! Dan Diva… Diva…” Marsha tak melanjutkan kalimatnya. “Ada kalanya mimpi adalah sebuah petunjuk dari Allah, tapi ada kalanya juga kita gak percaya Bebz! Percaya aja mimpi Marsha gak tejadi beneran!” kata-kata Novel membuat perasaan Marsha sdikit tenang.
***
Demi menghindar dari segolongan anak-anak kecil yang asyik bersepeda, Bayu yang membawa motor modifnya dengan kecepatan tinggi itu terpaksa membelokkan kearah pohon besar setelah perempatan jalan. BRAKKKKK!!!!!!!!!!!! Bayu berusaha mendekati Diva. Yang ia rasakan hanya pusing dan sekelilingnya terasa berputar. Ia merasakan dingin sekali tangan kekasihnya. Setelah itu ia tak tahu lagi apa yang terjadi pada dirinya.
***
“Udah! Kalian tenangin diri dulu, kalau sudah tenang, kalian kerumah sakit!” kata Mami menyarankan setelah mendapat berita dari pihak rumah sakit. “Oh iya, Marsha gimana?” tanya Mami mengingat, Marsha adalah sahabat dekat Diva. “Ini semua salah Novel Mam, tadi sebelum berangkat tiba-tiba Marsha larang Diva pergi, tapi mereka tetep pergi, Novel juga ga tahu ternyata mimpi Marsha memang bener! Novel bener-bener bodoh…” jawab Novel kecewa. “Mas nggak boleh nyalahin diri sendiri gitu!” kata Dewi. “Dan sampai sini takdir Diva hidup Vel! Jadi bukan salah siapa-siapa!” Walde menambahakan. “Iya aku ngerti, tapi Marsha pasti shock dan marah sama aku!” balas Novel.
“Insya Allah Marsha mau ngertiin kok Vel! Mending sekarang kita kerumah sakit!” ajak Manda yang sudah menggunakan baju serba hitam.
“Novel tenang aja! Marsha itu urusan Mami, jadi kamu jangan khawatir!” kata Mami.
“Dewi juga dirumah ya? Bantu Mami kalo ada tamu!”
***
Kali ini Walde yang membawa mobil milik Novel. Novel tidak menikmati pandangan lewat kaca kiri mobilnya. Ia hanya menyesali ketidakpercayaannya terhadap mimpi Marsha. “Udah Vel! Ini bukan salah kamu! Jalan hidup Diva memang sampai segini…” bujuk Manda. Ketiganya hanya bisa melihat keadaan Bayu dari kaca ruang ICU. Kata dokter, Bayu mengalami koma. Pihak rumah sakit juga tak bisa memastikan kapan Bayu bisa bangun dari komanya. Sesudah memastikan keadaan Bayu, mereka menyelesaikan administrasi jenazah Diva.
***
Mami dan Dewi sudah memakai baju serba hitam. Sebuah lambang kematian. Keduanya membantu para tetangga-tetangga Mami yang sedang meruncing bunga kematian. Tidak lama kemudian Novel, Manda dan Walde datang bersama ambulans jenazah Diva. Tiba-tiba Dewi menangis diatas jenazah Diva. “Pasti Chiki aku jagain Mbak! Dewi janji…” ucap Dewi dalam hati. “Marsha belum bangun Mam?” tanya Novel khawatir. “Panasnya nggak turun-turun Vel! Mami khawatir banget!” jawab Mami. “Ya udah biar Novel yang rawat Marsha!” Novel segera kekamar Marsha.
Novel mendekati kekasihnya dengan hati-hati sekali agar tak mengganggu tidur nyeyaknya. Dibelainya rambut Marsha dan dipakaikan selimutnya. Tiba-tiba Manda dan Dewi masuk kamar Marsha. “Mami minta ditemenin Mas buat nemuin ortu Mbak Diva!” kata Dewi. “Jagain Marsha ya…” pinta Novel.
***
“Sabar Ma…” ucap seorang laki-laki berkacamata.
“Sabar Papa bilang? Diva meninggal Pa…”
Disebuah ruang keluarga rumah kost-kostan Mami, Mama Diva terlihat shock sekali ditemani suami dan seorang lelaki kembaran Diva. Sementara itu Mami dan Novel hanya bisa terdiam merasa bersalah karena lalai menjaga Diva. “Ma… Divo yakin Diva pasti bahagia…” ucap Divo. “Saya benar-benar minta maaf Bu…” ucap Mami pada Mama Diva. “Ini sudah takdirnya Bu, bagaimana keadaan Bayu?” tanya Papa. “Dia koma Om, dokter gak bisa pastiin, keadaanya” jawab Novel. “Marsha?” tanya Divo. “Marsha belum tahu, ia masih tertidur, badannya panas sekali! Saya juga khawatir dia shock!” sahut Mami. “Pa… Mama mau lihat jenazah Diva…” ucap Mama sambil terisak.
***
“Divo…” sapa Marsha saat keluar kamar kostnya.
“Ia Sha!”
“Kapan kamu kesini?”
“Barusan aja kok!”
“Diva belum pulang ya?”
“Udah kok Sha!”
“Kamu sakit Sha?”

Tiba-tiba Mama Diva masuk kamar Marsha. “Tante…” Marsha menyalami tangan Mama. “Tante juga ikutan? Kok tumben Tante? Tante kenapa nangis?” tanya Marsha bertubi-tubi. “Sha… kamu juga anak Tante kan?” sahut Mama Diva. “Marsha gak tahu maksudnya, Divo…” kata Marsha pada Divo.
“Diva udah gak ada Sha…”
Tangis Marsha membuat Novel panik.

“Sha…”
“Kenapa sih gak ada yang percaya sama aku?” Marsha memukul Novel.
“Maafin aku Sha?”
“NGGAK! Kamu jahat Vel! Kami jahat nggak percaya sama aku! Biarin aku sendiri!” teriak Marsha.

Marsha berlari menuruni anak tangga dengan hati-hati. Tubuhnya masih sempoyongan. Ia memeluk erat jenazah Diva. “Diva jangan bohongin Marsha… Diva nggak pergi kan?” kata Marsha. “Diva bangun!” teriak Marsha. “Sha udah! Diva udah gak ada!” bujuk Divo.
***
Tepat tujuh hari kematian Diva, Marsha sengaja meninggalkan rumah tanpa pengetahuan Novel.
“DIVA JAHAT!!!!!!!!!!!!!!!”
“DIVA NGGAK BOLEH NINGGALIN MARSHA!”
“MARSHA KANGEN DIVA!”
“Diva…”

“Sha…” Novel segera duduk disamping Marsha.
“Divo mau pulang Sha… Marsha yang sabar ya?”
“Divo sadar gak kalo kita gak akan ketemu Diva lagi. Padahal Diva janji bakal married bareng. Diva janji jodohin anak kita! Tapi apa? Ternyata dia ninggalin kita!”
“Sha! ini udah takdir Allah! Sekarang kita cuma bisa mendoakan aja! Divo pulang dulu ya, Marsha baik-baik sama Novel!”
***
Sebenarnya ada perasaan yang mengganjal dihati Divo. Sudah lama ia memendam perasaan pada sahabat saudara kembarnya, namun niatnya urung setelah tahu keberadaan Novel dihatinya. Divo yakin Marsha akan bahagia bersama Novel.
***
Novel mencoba masuk kamar Marsha. “Makan dulu Bebz!” katanya. “Marsha nggak laper Jelek!” jawab Marsha sambil bergegas menutup galeri hpnya. “Marsha belum makan dari kemarin kan? Ayolah cantikku…” bujuk Novel. “Kalo makan brownies pasti mau kan Mbak?” ujar Dewi nyelonong masuk. “Mau…” sahut Marsha. “Ntar makan nasi ya? Aku mau bersiin kamar Diva dulu!” ujar Novel. “Dihabisin aja Mbak!” kata Dewi.

“Dew! Aku mau kasih tahu sesuatu sama kamu!”
“Apa Mbak?”
“Sebenernya waktu val’day itu Riksa bohong sama kamu!”
“Maksudnya Riksa gak sama keluarganya?”
“Ini…” Marsha menunjukkan foto yang diambilnya.
“Dewi udah tahu Mbak, tapi… waktu ketahuan, dia janji berusaha menghilangkan sifatnya itu! Setahu Dewi, sahabatnya juga udah pindah! Dewi bener-bener gak tahu”
***
Marsha menghampiri Novel yang sedang membereskan barang-barang Diva. “Jelek maafin Marsha ya?” ucap Marsha pelan. Dengan senyum manisnya Novel menyembut Marsha dengan ramah. Ia membelai rambut Marsha dengan mesra. “Boleh pinjem fotonya?” tanya Marsha. “Tapi janji ya gak boleh nagis lagi?” balas Novel. Marsha mengangguk. “Marsha baru tahu makna gerimis hujan kemarin Lek!” kata Marsha. “Maksudnya?” Novel bingung.
“Kenapa saat Val’day Allah membuat cuaca yang gak mendukung?”
“Kenapa?”
“Karena Allah nggak pengen terjadi sesuatu hal yang gak kita inginkan”
“Misalnya biar Diva nggak meninggal gitu?”
“Iya, mungkin kalo kita keluar juga, Allah punya rencana lain yang kita gak tahu. Dan aku percaya, gerimis kemarin itu tanda Allah melarang kita merayakan val’day”
***