Kamis, 09 Juni 2011

Perempuan Tak Hanya Berpesta

Itulah alasannya mengapa perempuan saat ini melanjutkan pendidikannya tidak hanya sampai S1 atau S2 saja, bahkan S3 pun siap mereka tempuh. Pastilah ada perubahan pemikiran disetiap detiknya. Fisik kami memang sedang melakukan suatu pekerjaan, namun pikiran kami sebagai perempuan juga tak henti-hentinya takut akan edannya jaman kedepan. Bayangkan saja apa yang bisa dilakukan seorang perempuan jika dalam kehidupan yang akan datang ia ditinggal suaminya? Entah dalam konteks positif atau konteks negatif. Dengan seribu pertanyaan yang ada dalam pikiran, apakah kita hanya bisa menggigit jari sambil menanti uang jaminan peninggalan dari suami? Jawaban atas pertanyaan diatas memang sudah sepantasnya dibungkus dan dibuang jauh dari presepsi kita sebagai perempuan. Marilah wahai perempuan saat ini yang dikata modern, kita bisa saja menduplikat dandanan atau style perempuan tempo dulu jika itu memang memungkinkan, namun semoga saja mimpi kita tidak sama. Dandanan atau style baju tempo dulu memang sedang marak-maraknya ditiru perempuan saat ini dan hal itu sangat dianggap modern, tapi cobalah bercermin dari segi cita-cita dan mimpi. Paling jauh impian para perempuan tempo dulu hanya ingin menimang anak mereka dari penghasilan sang suami. Hey… para perempuan modern, bukankah kita ingin lebih dari itu? Mengapa tidak bermimpi menimang anak-anak kita esok sampai negeri orang? Amerika misalnya. Tentu saja bukan hanya sekedar menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita), namun 360 derajad jauh dari pemikiran seperti itu. Bermimpilah saat menimang anak di Amerika kita sedang melanjtkan study S3. So… betapa bangganya kita esok jika hal itu tidak hanya sekedar mimpi belaka.
Namun, mirisnya ada sebagian perempuan modern lebih membudayakan pikirannya dengan kata bekerja. Pikiran tersebut didekorasi dengan kata bekerja setelah lulus dari tuntuan belajar 12 tahun. Tentu saja alasan mereka ketika ditanya pada survey, hanya mengacu dan seolah-olah menyalahkan pada keadaan atau biaya. Hasil survey itu sangat menggoreskan luka, mengapa? Kebanyakan mereka memilih membeli ini itu dari pada menyisihkan sebagian penghasilannya untuk berburu ijazah. Ok… biarkan hal itu cukup mendekorasi pikiran mereka, jangan sampai semua itu menulari mimpi kita. Memang tidak semua perempuan berkesempatan menempuh study setinggi mungkin karena hukum alam berkata ‘roda itu selalu berputar’. Arti dari istilah tersebut ada saatnya kita berada diatas dan sebaliknya ada saatnya kita berada dibawah. Dan dari penjelasan tersebut seharusnya kita bisa menangkap, jika kita sendiri tidak bisa menempuh study sampai negeri orang, maka biarlah generasi selanjutnya yang meraih mimpi tersebut bahkan sudah wajib menjadi suatu keharusan. Setidaknya ada usaha yang sudah kita maksimalkan meskipun usaha tersebut tidak menjanjikan.
Bagi perempuan saat ini yang masih berkesempatan melanjutkan study, bersyukur dan cobalah mencubit pipi kalian sampai kalian sadar betapa beruntungnya nasib kita. Kesempatan itu kenyataan ada di depan mata dan sudah sepantasnya kita berusaha semaksimal mungkin. Seharusnya hal tersebut pantas menjadi suatu budaya kedepan bahwa perempuan tidak hanya sekedar memenjarakan mimpi setinggi langit. Pikirkan bahwa perempuan bisa lebih dari yang laki-laki lakukan. Jangan coba menyamakan gender antara kaum perempuan dan kaum laki-laki karena kaum perempuan bisa lebih dari kaum laki-laki. Seperti mantan presiden di Indonesia yang kelima, yakni ibu Megawati Soekarnoputri yang bisa menunjukkan pada dunia bahwa kaum perempuan juga bisa menjadi seorang pemimpin.
Kata berpesta yang saya maksudkan adalah bersenang-senang setelah mengenyam study setinggi mungkin. Layaknya seekor burung yang bahagia karena bisa terbang tinggi dan mengepakkan sayapnya selebar-lebarnya. Seperti itulah potrait imbalan bagi kaum perempuan dikehidupan mendatang jika ia melanjutkan studynya setinggi dan sejauh mungkin. Kita dapat berpesta di kehidupan esok. Bukan hanya sekedar berpesta menikmati hasil, namun timbul rasa bangga yang kekal dan melekat pada jati diri kita. Bisa mendapat apa yang kita inginkan juga termasuk potrait imbalan yang mengiming-iming kita bukan? Mari budayaan perempuan yang berpikiran maju dan berkembang.

Nama: Ayuningtyas Pertiwi
NIM (No Induk Mahasiswa): 120901072
Universitas: Airlangga Surabaya
Fakultas: Ilmu Budaya
Jurusan: D3-Bahasa Inggris
Masuk tahun 2009
Sedang berkuliah semester 4