Senin, 18 Juni 2012

SAHABAT

Lihat aku. Aku adalah sahabat yang dulu pernah kau ejek. Saat aku butuh sandaran. Sedikit pun tak ada niat jemarimu menyentuh pipi dan mengusap air mataku. Dan kali ini, Aku bisa berdiri kembali. Bahkan aku sedang menikmati diriku ada diantara kupu-kupu yang berterbangan. Tapi kau yang sedang tersakiti. Biarkan aku memeluk dan memberimu kehangatan hingga pagi menjelang. Jangan ragu untuk menyapaku kembali. Karna bagiku KAU LAH SAHABAT UNTUK SELAMANYA. Selamanya aku ada untukmu meski suatu hari kau telah mampu berdiri dan meninggalkanku kembali. Berlarilah ke dalam mimpimu lagi. Tinggalkan aku. Karna ku ikhlas kawan. Aku memang menyayangimu. Sesuatu yang ku miliki anggaplah milikmu jua meski kau tak ingin berbagi lagi denganku seperti dulu. aku memang mencintaimu. Sesuatu tak ada yang lebih indah dari pada meilhat seorang sabahat tersenyum bahagia.

Kecupan Terakhir dari Ayah

Slalu kau tersenyum manis di depan mataku. Slalu kau bilang menyayangiku dan tak ingin kuterluka. Slalu kau katakan kau bahagia berada di dkatku. Ayah, Saat bercerita bersama dengan ibu waktu itu. Kulihat matamu berbinar kejujuran. Kudengar mulutmu berbicara kebenaran. Kau slalu ingin melakukan yang terbaik bagiku. Walau kadang aku tak peduli katamu. Bernafas tanpamu membuatku lemah. Karena aku berpikir harus bagaimana esok kujalani hari tanpa pelukanmu ayah. Yang aku harap bertemu dan memelukmu seeratnya. Namun baru kusadari, Kecupan terakhir yang kau berikan adalah lambang kasih sayangmu padaku yang tak kan pernah kulupakan, Love you Dad n Mom.. Cinta q pd ibu dn bpk slamanya,,

Kamis, 09 Juni 2011

Dibalik Gerimis Valentine

“Dew… kamu beneran putus ma Riksa?”
“Gak Val’day ma dia bukan berarti putus kan Mbak?”

Pertanyaan Marsha membuat Dewi terkekeh. Marsha dan Dewi adalah kawan satu kost. Hari ini tanggal 14 Februari, sudah menjadi tradisi para ‘balong Enom’. Identik dengan pembuktian kasih sayang dengan sebuah simbol coklat, boneka atau bunga yang biasanya didominasi warna pink. Marsha, Dewi, Diva, Manda, Walde dan Novel sudah mempunyai jadwal masing-masing. Walaupun mereka adalah anak kost yang hidup pas-pasan tak ingin hari itu berlalu tanpa sweet moment.

“Ya udah deh… aku kira kalian putus, tumben Riksa absen?” kata Marsha sambil berlalu meninggalkan Dewi yang sedang asyik makan brownies yang entah dari siapa. Kemudian Marsha mendatangi kamar Novel yang letaknya di sebelah kamarnya. “Jelek… kok malah baca komik toh?” gerutu Marsha dengan nada manjanya. “Habis Marsha gak dateng-dateng! Emang dari mana sih Bebz? ada kelas sore?” sahut Novel masih konsentrasi pada komik kesayangannya. “Habis Jelek nggak jemput aku sih…” goda Marsha. “Ih… gemesin aja bebzku ini… kan aku juga barusan ada kelas bebz?” balas Novel sambil mengacak-acak rambut kekasihnya. “Ok… I’m preparing first” Marsha segera kembali ke kamarnya. Hari ini ia merasa lelah, jadwal kuliahnya full. Ia berbaring diatas tempat tidunya. Pikiran tak enak itu datang lagi. “Nggak mungkin…” ucapnya dalam hati. “Masa iya Riksa guy? Riksa anak yang baik, polos juga, tapi… kenapa tadi mesra banget sama cowok itu?” lagi-lagi hanya bertanya dalam hati.

Marsha membuka galeri ponselnya. Ia berhasil mengambil gambar mesra Riksa dengan seorang cowok. “Kissing?” ucap Marsha pelan. “Smsan sama siapa Bebzku yang cantik?” tanya Novel. Marsha tetap diam memandangi phose Riksa. “Cantik!” Novel berusaha membuyarkan lamunan Marsha. “Jelek… marsha itu nggak cantik! Biasa aja!” Marsha manyun sambil bergegas turun ke lantai dasar. Ia duduk menikmati ayunan di halaman. Tentu saja meninggalkan Novel.

“Kok ditinggal sih? Gak jadi keluar Bebz?” ujar Novel sabar. Marsha menatap tajam mata Novel sambil mengayunkan kakinya. “Jelek sayang… Marsha lagi gak enak badan, capek banget seharian di kampus!” kata Marsha sambil meraih tangan Novel. “Lagian juga gerimis…”

“Ya udah aku sms temen-temen! Bilang gak jadi dateng!” Novel segera memainkan hpnya.
“Aku pusing Lek…” Marsha berpindah tempat duduk disamping Novel dan bersandar dipundaknya.
“Badan kamu anget Bebz?”
“Tadi keujanan bentar!”
***

“Dew… minta bedak donk!” Diva nyelonong masuk kamar Dewi.
“Di meja make-up Mbak… pake aja” sahut Dewi sambil cetak-cetek hpnya.
“Kemana pacar culun kamu Dew? Tumben gak kesini?”
“Dia lagi ada valentine sama keluarga besarnya Mbak”
“Sama keluarga besar? Kuno banget tuh! Nah… kamu sendiri kok gak ikut?” tanya Diva heran.
“Kalo sama Mama, Papa dan adiknya sih mau ikutan, tapi kalo sama keluarga besarnya ogah deh Mbak! Tapi tadi dia nyempetin ngasih brownies ma teddybear ini”
“Lucu banget Dew! Boleh cicip browniesnya kan sayang?”
“Boleh donk! Lagian Dewi juga gak bakal habisin segini banyaknya!”
“Emh… pantes enak, brownies Amanda ya? By the way, Riksa tajir banget ya Dew?” celutuk Diva sambil membereskan make-up Dewi.

Diva mencomot brownies lagi. “Nunggu Mas Bayu Mbak?” tanya Dewi. “Tuh suara motornya uda kedengeran dari sini!” balas Diva sambil mencangklongkan tasnya. “Bangga ya Mbak punya cowok pembalap kayak Mas Bayu? Keren lagi!” kata Dewi dengan gaya centilnya.

“Dew! Nitip Chiki ya? Kalian kan sama-sama gak punya pasangan val’day…” ujar Diva sebelum merayakan malam valentine.
“Haduh Mbak… dewi kan paling anti sama hewan berbulu? Kok malah dititipin hamster sih”
“Sayang… Chiki itu baik, dia beneran gak gigit kok!”
“Tapi…”
“Makasih sebelumnya sayang…” Diva buru-buru pergi.

“Eits… chiki sayang ikut Mbak Dewi dulu ya… Mbak mau keluar sama Mas Bayu!”

”Kok balik lagi Mbak?” tanya Dewi.
“Chiki paling suka sama hamsfood yang ini, susunya dikasih sehari sekali kok! Makasih ya Dew…”
***

“Enak banget kayaknya sampe ketiduran gitu?” ujar Bayu sambil bergegas duduk di depan Novel dan Marsha.
“Marsha agak gak enak badan!”
“Pantes gak keluar! Badannya panas Vel?”

Ketiganya menikmati keheningan dibalik gerimis malam ini. Kaki Bayu ikut mengayun pelan. “Cinta…” sambar Diva. “Kok sendiri? Walde ma Manda gak jadi ikutan?” tanya Bayu. “Mereka belum dateng, kamar Manda masih kuncian! Tunggu aja bentar” jawab Diva singkat. “Marsha kebiasaan tidur di ayunan Vel! Wajahnya kok keliatan pucet banget!” kata Diva lagi. “Pulang kuliah kehujanan!” jawab Novel singkat sambil memainkan tangan Marsha.

Sebentar kemudian Manda dan Walde datang. Manda cepat-cepat masuk kedalam rumah kostnya. “Maaf kayaknya kita gak jadi ikut Bay! Tuh si Manda lagi dilep!” kata Walde singkat. “Ya… gak rame kalo cuma berdua!” kata Diva dengan nada kecewa. “Maaf ya?” ucap Walde. “Gak pa-pa kok Wal! Ya udah yuk cinta kita berangkat!” Bayu menggandeng tangan mungil Diva.

Marsha terbangun dari mimpi buruknya dan matanya masih terasa berkunang-kunang.

“DIVA!!!!”

Ia berlari menghampiri sahabatnya. Marsha menggenggam erat tangan Diva dan menatap tajam matanya. Kemudian Novel segera memeluk Marsha dari belakang dan berusaha menenangkan. “Diva jangan keluar ya?” ucapnya sambil meneteskan air mata. Diva tetap mengklikkan helmnya. “Marsha kenapa?” Tanya Bayu. “Bay, kalian jangan keluar ya?” ucap Marsha gelagapan. Dalam hati tak bisa menjelaskan alasannya. Mungkin mereka tak akan mengerti yang ia rasakan dan tak akan percaya dengan hal konyol. “Jelek lepas!” Marsha berusaha melepaskan pelukan Novel. “Please Bay…” pinta Marsha memohon. “Tenang aja! Bayu pasti jagain sahabat Marsha kok! Bayu kan juga sayang banget sama Diva!” Bayu berusaha meyakinkan Marsha. “Sha… kenapa tiba-tiba khawatir ma Diva kayak gini sih? Harusnya Diva yang khawatir sama Marsha, Marsha istirahat gih biar sembuh!” diva mengacak-acak rambut Marsha. “Bayu hati-hati ya?” pesan Marsha melihat kepergian keduanya sampai benar-benar hilang dari pandangannya. “Marsha tenang ya? Masuk yuk… masih gerimis!” ajak Novel.

Niat baik Novel mengajaknya masuk rumah ditolak mentah-mentah oleh Marsha, ia masih ingin diatas ayunan. Ia juga ingin Novel mempercayai mimpinya. “Jelek percaya kan?” tanya Marsha. “Percaya apa Bebz? Novel nggak ngerti?” celutuk Novel. “Tadi Marsha mimpi Bayu sama Diva kecelakaan diperempatan jalan! Dan Diva… Diva…” Marsha tak melanjutkan kalimatnya. “Ada kalanya mimpi adalah sebuah petunjuk dari Allah, tapi ada kalanya juga kita gak percaya Bebz! Percaya aja mimpi Marsha gak tejadi beneran!” kata-kata Novel membuat perasaan Marsha sdikit tenang.
***
Demi menghindar dari segolongan anak-anak kecil yang asyik bersepeda, Bayu yang membawa motor modifnya dengan kecepatan tinggi itu terpaksa membelokkan kearah pohon besar setelah perempatan jalan. BRAKKKKK!!!!!!!!!!!! Bayu berusaha mendekati Diva. Yang ia rasakan hanya pusing dan sekelilingnya terasa berputar. Ia merasakan dingin sekali tangan kekasihnya. Setelah itu ia tak tahu lagi apa yang terjadi pada dirinya.
***
“Udah! Kalian tenangin diri dulu, kalau sudah tenang, kalian kerumah sakit!” kata Mami menyarankan setelah mendapat berita dari pihak rumah sakit. “Oh iya, Marsha gimana?” tanya Mami mengingat, Marsha adalah sahabat dekat Diva. “Ini semua salah Novel Mam, tadi sebelum berangkat tiba-tiba Marsha larang Diva pergi, tapi mereka tetep pergi, Novel juga ga tahu ternyata mimpi Marsha memang bener! Novel bener-bener bodoh…” jawab Novel kecewa. “Mas nggak boleh nyalahin diri sendiri gitu!” kata Dewi. “Dan sampai sini takdir Diva hidup Vel! Jadi bukan salah siapa-siapa!” Walde menambahakan. “Iya aku ngerti, tapi Marsha pasti shock dan marah sama aku!” balas Novel.
“Insya Allah Marsha mau ngertiin kok Vel! Mending sekarang kita kerumah sakit!” ajak Manda yang sudah menggunakan baju serba hitam.
“Novel tenang aja! Marsha itu urusan Mami, jadi kamu jangan khawatir!” kata Mami.
“Dewi juga dirumah ya? Bantu Mami kalo ada tamu!”
***
Kali ini Walde yang membawa mobil milik Novel. Novel tidak menikmati pandangan lewat kaca kiri mobilnya. Ia hanya menyesali ketidakpercayaannya terhadap mimpi Marsha. “Udah Vel! Ini bukan salah kamu! Jalan hidup Diva memang sampai segini…” bujuk Manda. Ketiganya hanya bisa melihat keadaan Bayu dari kaca ruang ICU. Kata dokter, Bayu mengalami koma. Pihak rumah sakit juga tak bisa memastikan kapan Bayu bisa bangun dari komanya. Sesudah memastikan keadaan Bayu, mereka menyelesaikan administrasi jenazah Diva.
***
Mami dan Dewi sudah memakai baju serba hitam. Sebuah lambang kematian. Keduanya membantu para tetangga-tetangga Mami yang sedang meruncing bunga kematian. Tidak lama kemudian Novel, Manda dan Walde datang bersama ambulans jenazah Diva. Tiba-tiba Dewi menangis diatas jenazah Diva. “Pasti Chiki aku jagain Mbak! Dewi janji…” ucap Dewi dalam hati. “Marsha belum bangun Mam?” tanya Novel khawatir. “Panasnya nggak turun-turun Vel! Mami khawatir banget!” jawab Mami. “Ya udah biar Novel yang rawat Marsha!” Novel segera kekamar Marsha.
Novel mendekati kekasihnya dengan hati-hati sekali agar tak mengganggu tidur nyeyaknya. Dibelainya rambut Marsha dan dipakaikan selimutnya. Tiba-tiba Manda dan Dewi masuk kamar Marsha. “Mami minta ditemenin Mas buat nemuin ortu Mbak Diva!” kata Dewi. “Jagain Marsha ya…” pinta Novel.
***
“Sabar Ma…” ucap seorang laki-laki berkacamata.
“Sabar Papa bilang? Diva meninggal Pa…”
Disebuah ruang keluarga rumah kost-kostan Mami, Mama Diva terlihat shock sekali ditemani suami dan seorang lelaki kembaran Diva. Sementara itu Mami dan Novel hanya bisa terdiam merasa bersalah karena lalai menjaga Diva. “Ma… Divo yakin Diva pasti bahagia…” ucap Divo. “Saya benar-benar minta maaf Bu…” ucap Mami pada Mama Diva. “Ini sudah takdirnya Bu, bagaimana keadaan Bayu?” tanya Papa. “Dia koma Om, dokter gak bisa pastiin, keadaanya” jawab Novel. “Marsha?” tanya Divo. “Marsha belum tahu, ia masih tertidur, badannya panas sekali! Saya juga khawatir dia shock!” sahut Mami. “Pa… Mama mau lihat jenazah Diva…” ucap Mama sambil terisak.
***
“Divo…” sapa Marsha saat keluar kamar kostnya.
“Ia Sha!”
“Kapan kamu kesini?”
“Barusan aja kok!”
“Diva belum pulang ya?”
“Udah kok Sha!”
“Kamu sakit Sha?”

Tiba-tiba Mama Diva masuk kamar Marsha. “Tante…” Marsha menyalami tangan Mama. “Tante juga ikutan? Kok tumben Tante? Tante kenapa nangis?” tanya Marsha bertubi-tubi. “Sha… kamu juga anak Tante kan?” sahut Mama Diva. “Marsha gak tahu maksudnya, Divo…” kata Marsha pada Divo.
“Diva udah gak ada Sha…”
Tangis Marsha membuat Novel panik.

“Sha…”
“Kenapa sih gak ada yang percaya sama aku?” Marsha memukul Novel.
“Maafin aku Sha?”
“NGGAK! Kamu jahat Vel! Kami jahat nggak percaya sama aku! Biarin aku sendiri!” teriak Marsha.

Marsha berlari menuruni anak tangga dengan hati-hati. Tubuhnya masih sempoyongan. Ia memeluk erat jenazah Diva. “Diva jangan bohongin Marsha… Diva nggak pergi kan?” kata Marsha. “Diva bangun!” teriak Marsha. “Sha udah! Diva udah gak ada!” bujuk Divo.
***
Tepat tujuh hari kematian Diva, Marsha sengaja meninggalkan rumah tanpa pengetahuan Novel.
“DIVA JAHAT!!!!!!!!!!!!!!!”
“DIVA NGGAK BOLEH NINGGALIN MARSHA!”
“MARSHA KANGEN DIVA!”
“Diva…”

“Sha…” Novel segera duduk disamping Marsha.
“Divo mau pulang Sha… Marsha yang sabar ya?”
“Divo sadar gak kalo kita gak akan ketemu Diva lagi. Padahal Diva janji bakal married bareng. Diva janji jodohin anak kita! Tapi apa? Ternyata dia ninggalin kita!”
“Sha! ini udah takdir Allah! Sekarang kita cuma bisa mendoakan aja! Divo pulang dulu ya, Marsha baik-baik sama Novel!”
***
Sebenarnya ada perasaan yang mengganjal dihati Divo. Sudah lama ia memendam perasaan pada sahabat saudara kembarnya, namun niatnya urung setelah tahu keberadaan Novel dihatinya. Divo yakin Marsha akan bahagia bersama Novel.
***
Novel mencoba masuk kamar Marsha. “Makan dulu Bebz!” katanya. “Marsha nggak laper Jelek!” jawab Marsha sambil bergegas menutup galeri hpnya. “Marsha belum makan dari kemarin kan? Ayolah cantikku…” bujuk Novel. “Kalo makan brownies pasti mau kan Mbak?” ujar Dewi nyelonong masuk. “Mau…” sahut Marsha. “Ntar makan nasi ya? Aku mau bersiin kamar Diva dulu!” ujar Novel. “Dihabisin aja Mbak!” kata Dewi.

“Dew! Aku mau kasih tahu sesuatu sama kamu!”
“Apa Mbak?”
“Sebenernya waktu val’day itu Riksa bohong sama kamu!”
“Maksudnya Riksa gak sama keluarganya?”
“Ini…” Marsha menunjukkan foto yang diambilnya.
“Dewi udah tahu Mbak, tapi… waktu ketahuan, dia janji berusaha menghilangkan sifatnya itu! Setahu Dewi, sahabatnya juga udah pindah! Dewi bener-bener gak tahu”
***
Marsha menghampiri Novel yang sedang membereskan barang-barang Diva. “Jelek maafin Marsha ya?” ucap Marsha pelan. Dengan senyum manisnya Novel menyembut Marsha dengan ramah. Ia membelai rambut Marsha dengan mesra. “Boleh pinjem fotonya?” tanya Marsha. “Tapi janji ya gak boleh nagis lagi?” balas Novel. Marsha mengangguk. “Marsha baru tahu makna gerimis hujan kemarin Lek!” kata Marsha. “Maksudnya?” Novel bingung.
“Kenapa saat Val’day Allah membuat cuaca yang gak mendukung?”
“Kenapa?”
“Karena Allah nggak pengen terjadi sesuatu hal yang gak kita inginkan”
“Misalnya biar Diva nggak meninggal gitu?”
“Iya, mungkin kalo kita keluar juga, Allah punya rencana lain yang kita gak tahu. Dan aku percaya, gerimis kemarin itu tanda Allah melarang kita merayakan val’day”
***

Perempuan Tak Hanya Berpesta

Itulah alasannya mengapa perempuan saat ini melanjutkan pendidikannya tidak hanya sampai S1 atau S2 saja, bahkan S3 pun siap mereka tempuh. Pastilah ada perubahan pemikiran disetiap detiknya. Fisik kami memang sedang melakukan suatu pekerjaan, namun pikiran kami sebagai perempuan juga tak henti-hentinya takut akan edannya jaman kedepan. Bayangkan saja apa yang bisa dilakukan seorang perempuan jika dalam kehidupan yang akan datang ia ditinggal suaminya? Entah dalam konteks positif atau konteks negatif. Dengan seribu pertanyaan yang ada dalam pikiran, apakah kita hanya bisa menggigit jari sambil menanti uang jaminan peninggalan dari suami? Jawaban atas pertanyaan diatas memang sudah sepantasnya dibungkus dan dibuang jauh dari presepsi kita sebagai perempuan. Marilah wahai perempuan saat ini yang dikata modern, kita bisa saja menduplikat dandanan atau style perempuan tempo dulu jika itu memang memungkinkan, namun semoga saja mimpi kita tidak sama. Dandanan atau style baju tempo dulu memang sedang marak-maraknya ditiru perempuan saat ini dan hal itu sangat dianggap modern, tapi cobalah bercermin dari segi cita-cita dan mimpi. Paling jauh impian para perempuan tempo dulu hanya ingin menimang anak mereka dari penghasilan sang suami. Hey… para perempuan modern, bukankah kita ingin lebih dari itu? Mengapa tidak bermimpi menimang anak-anak kita esok sampai negeri orang? Amerika misalnya. Tentu saja bukan hanya sekedar menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita), namun 360 derajad jauh dari pemikiran seperti itu. Bermimpilah saat menimang anak di Amerika kita sedang melanjtkan study S3. So… betapa bangganya kita esok jika hal itu tidak hanya sekedar mimpi belaka.
Namun, mirisnya ada sebagian perempuan modern lebih membudayakan pikirannya dengan kata bekerja. Pikiran tersebut didekorasi dengan kata bekerja setelah lulus dari tuntuan belajar 12 tahun. Tentu saja alasan mereka ketika ditanya pada survey, hanya mengacu dan seolah-olah menyalahkan pada keadaan atau biaya. Hasil survey itu sangat menggoreskan luka, mengapa? Kebanyakan mereka memilih membeli ini itu dari pada menyisihkan sebagian penghasilannya untuk berburu ijazah. Ok… biarkan hal itu cukup mendekorasi pikiran mereka, jangan sampai semua itu menulari mimpi kita. Memang tidak semua perempuan berkesempatan menempuh study setinggi mungkin karena hukum alam berkata ‘roda itu selalu berputar’. Arti dari istilah tersebut ada saatnya kita berada diatas dan sebaliknya ada saatnya kita berada dibawah. Dan dari penjelasan tersebut seharusnya kita bisa menangkap, jika kita sendiri tidak bisa menempuh study sampai negeri orang, maka biarlah generasi selanjutnya yang meraih mimpi tersebut bahkan sudah wajib menjadi suatu keharusan. Setidaknya ada usaha yang sudah kita maksimalkan meskipun usaha tersebut tidak menjanjikan.
Bagi perempuan saat ini yang masih berkesempatan melanjutkan study, bersyukur dan cobalah mencubit pipi kalian sampai kalian sadar betapa beruntungnya nasib kita. Kesempatan itu kenyataan ada di depan mata dan sudah sepantasnya kita berusaha semaksimal mungkin. Seharusnya hal tersebut pantas menjadi suatu budaya kedepan bahwa perempuan tidak hanya sekedar memenjarakan mimpi setinggi langit. Pikirkan bahwa perempuan bisa lebih dari yang laki-laki lakukan. Jangan coba menyamakan gender antara kaum perempuan dan kaum laki-laki karena kaum perempuan bisa lebih dari kaum laki-laki. Seperti mantan presiden di Indonesia yang kelima, yakni ibu Megawati Soekarnoputri yang bisa menunjukkan pada dunia bahwa kaum perempuan juga bisa menjadi seorang pemimpin.
Kata berpesta yang saya maksudkan adalah bersenang-senang setelah mengenyam study setinggi mungkin. Layaknya seekor burung yang bahagia karena bisa terbang tinggi dan mengepakkan sayapnya selebar-lebarnya. Seperti itulah potrait imbalan bagi kaum perempuan dikehidupan mendatang jika ia melanjutkan studynya setinggi dan sejauh mungkin. Kita dapat berpesta di kehidupan esok. Bukan hanya sekedar berpesta menikmati hasil, namun timbul rasa bangga yang kekal dan melekat pada jati diri kita. Bisa mendapat apa yang kita inginkan juga termasuk potrait imbalan yang mengiming-iming kita bukan? Mari budayaan perempuan yang berpikiran maju dan berkembang.

Nama: Ayuningtyas Pertiwi
NIM (No Induk Mahasiswa): 120901072
Universitas: Airlangga Surabaya
Fakultas: Ilmu Budaya
Jurusan: D3-Bahasa Inggris
Masuk tahun 2009
Sedang berkuliah semester 4

Minggu, 18 April 2010

Kebiasaan Hamster

Buat yg suka dn hobi bgt sm yg namany hamster, q kan berbagi kata untk kalian.
1. Kalo pgn cpt hamil, gabungkan saja 2/3 cwe setiap 1 hamster cwo
2. Ada yg blg saat mrk bereproduksi g blh d lht, tu slh besar, malah biasany q ambil hp dn Q rekam. Habis lucu! Pernah 1 cwe d rebutin 2 cwo.
3. Ganti serbuk kayu dn pasir setiap hari penting bgt lho, soalny untk kshtan mrk kt yg tnggjwb kn? Q tu paling teriris lht kandang yg ktor, dn lagi hamster yg uda q ksh org g d ksh makan? NANGIS Q. Padahal idealnya hamster makan 3x sehari layakny kita si pembaca blog. Hehe
4. Salah bgt presepsi org ttg hamster sering mkn ankny. G slalu bgtu, buktiny q lihat dg mata minusQ ini, ibu hamster mmg memakan sswtu, tapi bkn bayinya. Kayak ari2 gt.
5. Merawat bayi hamster g susah kq. Serah dan percyakan pd ibu hamster, tanpa mengandalkan bapak hamser pun bisa. Tgs hamster cwo hny mereproduksi hamster cwe.
Tips akhr : saat mengganti srbuk kyu hamster yg br melahirkan, g hrz 2 minggu, trlalu lama. Minim 5 hari stlh mlhrkn. Saat itu upayakan ibu dn bpk hamster bertemu agar mrk tdk sm2 lupa dg pasangannya, biasany kalo trlalu lm mrk sm2 lupa dn lg bertengkar g karuan. Itu tips berguna jg kalo pgn ibu hamster hml lg.

Selasa, 13 April 2010

First Draft

Making a Relationship

Maintaining a relationship within reason don’t as easy as us invert hand. Some fact prove, many from an aground the relationship off hand because of affair The root cause affair in the relation are overjeolusy, backstreet, and longdistance. But all returning to each individual. Sometime, longdistance in the relationship can walk better without existence of problem if among both don’t overjeolusy which triggering incidence of affair. As for incidence of backstreet after both have both of the same don’t each other trusting. Goodness in one side and also both. Backstreet in the meaning of each couple. If there is one of that couple which will maintain and is not egoist, so they relationship both can be defended.

Conclusion from some above statement is can possible we have to alert in braiding in the relationship, such as longdistance or don’t and should be able to accept any consequence before braiding that relationship. Each other trusting is key from all.

Selasa, 30 Maret 2010

Writing Assigment

Says about myself...
Like my full name, Ayuningtyas Pertiwi, my father said the means is beautiful heart, so does my best friend said.
In the fact, I can't let my free time with no activities, so I use it always. I usualy use my free time with my hobies. There are cooking, reading, making something with 'kain flannel' or playing with my pet, hamster. Hamster is kind of mouse, but it haven't long tail.
If Mama's hamster born some babies, so I can sell it.
You can buy it Rp.10.000/hamster.

About my experient making blog...
My opinion is... I LIKE IT!!!
Because I can learn more about internet.
So I must say thanks to Miss Cici and also to Nada, my classmete who help me to make it.
Before that, I don't have opinion about blog.
SO... WAIT MY NEXT ENTRI...